Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyampaikan Peringatan Dini untuk waspada La Nina menjelang akhir tahun 2021. Diperlukan langkah pencegahan dan mitigasi terhadap peningkatan potensi bencana Hidrometeorologi seperti banjir, longsor, dan puting beliung.
Berdasarkan monitoring yang dilakukan oleh BMKG terhadap perkembangan terbaru dari suhu permukaan laut di Samudra Pasifik bagian tengah dan timur, data saat ini menunjukkan bahwa nilai anomali telah melewati ambang batas La Nina, yaitu sebesar -0.61º Celsius pada Dasarian I (sepuluh hari pertama) Oktober 2021.
Hal tersebut mengindikasikan bahwa La Nina akan melanda sebagian wilayah Indonesia pada akhir tahun ini
“Kondisi ini berpotensi untuk terus berkembang dan akan terus kami monitor, oleh karena itu kita harus segera bersiap untuk menghadapi adanya atau datangnya La Nina seperti tahun yang lalu,” ungkap Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati dalam konferensi Pers yang disiarkan melalui akun YouTube BMKG, Senin .
Waspada La Nina
La Nina adalah fenomena di mana suhu muka laut di Samudera Pasifik bagian tengah mengalami pendinginan di bawah kondisi normalnya. Pendinginan ini mengurangi potensi pertumbuhan awan di Samudera Pasifik tengah dan meningkatkan curah hujan di wilayah Indonesia secara umum.
Dwikorita menambahkan bahwa fenomena tersebut diperkirakan akan berlangsung dengan intensitas lemah hingga moderat (sedang) seperti yang terjadi pada tahun lalu. Setidaknya hingga Februari 2022 mendatang.
Didasarkan pada kejadian La Nina tahun 2020 lalu, hasil kajian BMKG menunjukkan bahwa curah hujan mengalami peningkatan pada periode November hingga Januari terutama di wilayah Sumatra bagian selatan, Jawa, Bali hingga NTT, Kalimantan bagian selatan dan Sulawesi bagian selatan. La Nina tahun ini diprediksi akan relatif sama dan akan berdampak pada peningkatan curah hujan bulanan berkisar antara 20-70% di atas normalnya.
“Dengan adanya potensi curah hujan pada periode musim hujan tersebut. Sekali lagi kami meminta untuk seluruh pihak perlu meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan terhadap potensi lanjut dari curah hujan tinggi yang dapat memicu bencana hidrometeorologi,” kata Dwikorita.
Ia lalu mengingatkan agar pemerintah daerah, masyarakat, dan semua pihak terkait melakukan langkah pencegahan dan mitigasi. Ini dibutuhkan mengingat adanya peningkatan potensi bencana hidrometeorologi seperti banjir, longsor, banjir bandang, angin kencang atau puting beliung dan kemungkinan terjadinya badai tropis.
Leave a Reply