Setiap manusia di dunia, bahkan orang yang paling malas bisa berkontribusi aktif untuk menahan laju perubahan iklim. Ada begitu banyak hal super mudah didalam guideline ini yang bisa kita terapkan yang akan membuat perbedaan besar.
Setiap manusia di dunia, bahkan orang yang paling malas bisa berkontribusi aktif untuk menahan laju perubahan iklim. Ada begitu banyak hal super mudah didalam guideline ini yang bisa kita terapkan yang akan membuat perbedaan besar.
Keadilan iklim bukan cuma soal bertahan hidup, tapi soal siapa yang kita biarkan tenggelam dan siapa yang kita bantu bertahan.
Kita tak lagi sekadar hidup di era plastik — kita perlahan jadi bagian darinya.
Kita diajak menanam pohon dan kurangi plastik, tapi lupa siapa yang menebang dan memproduksi.
Krisis iklim bukan hanya urusan global—ia harus jadi percakapan warga di warung kopi, tempat langkah kecil dimulai bersama.
Keamanan iklim global kini tak lagi sekadar isu lingkungan. Ia telah menjadi urusan politik, diplomasi, dan bahkan perdamaian dunia yang diperdebatkan di PBB.
Kalau Bumi bisa ngomong, mungkin dia bakal bilang: “Aku nggak marah, cuma capek.”
Krisis iklim bukan soal cuaca, tapi soal keadilan. Pendanaan iklim global hari ini masih berpihak pada mereka yang berkuasa, bukan yang bertahan.
Laut sudah bicara. Mikroplastik di ikan, dan air yang kita minum adalah pesan dari bumi: “aku nggak bisa menanggung semuanya sendirian.”
Ancaman penyakit dari perubahan iklim lahir dari ketidakseimbangan bumi—bukan kutukan alam, tapi akibat dari cara hidup kita sendiri.
Tahun 2026 mungkin belum menjadi akhir, tapi bisa jadi pertanda bahwa hari-hari terpanas tak lagi datang sesekali. Mereka menetap.
Panas ekstrem di Indonesia menampar semua, tapi yang paling keras merasakan adalah bagi mereka yang tak bisa berteduh.