COP Konferensi atau Kompromi? Bilamana kusinya diisi oleh mereka yang berkepentingan agar bisnis mereka tetap berjalan dan tidak ada kerugian dimasa mendatang, apa pendapat anda?
Halo Genk Perubahan Iklim…
Selamat bertemu kembali dalam “Dunia Yang Berubah, Panas yang tidak Bisa Diabaikan”, tempat kita membahas krisis iklim dari sudut pandang yang sering tak terdengar.
Tema kita kali ini adalah: COP atau Conference of the Parties — forum tertinggi negosiasi iklim dunia.
Tapi… benarkah ini ruang konferensi yang berpihak pada keadilan? Atau hanya panggung kompromi dan pat gulipat tanpa hasil nyata?
Apa Itu COP?
COP adalah singkatan dari Conference of the Parties, pertemuan tahunan yang diadakan di bawah naungan UNFCCC—United Nations Framework Convention on Climate Change.
Pertama kali diadakan di Berlin pada tahun 1995 untuk menyatukan negara-negara dunia untuk mengambil langkah bersama dalam mengatasi perubahan iklim
Setelah lebih dari 28 kali pertemuan, sudah sejauh mana COP ini benar-benar mampu mengatasi laju perubahan iklim?
Sejarah yang Sarat Kompromi
Bila ditilik ke belakang, ada beberapa perjanjian besar yang lahir dari COP, misalnya
Protokol Kyoto (1997) dimana negara-negara maju berkomitment untuk mengurangi emisi. Tapi AS tidak meratifikasi, dan banyak negara menarik diri.
Perjanjian Paris atau COP21 tahun 2015 dimana disepakati agar suhu bumi tidak naik lebih dari 1,5°C. Tapi, sifatnya tidak mengikat. Artinya: tidak ada sanksi jika negara tidak mematuhi.
Glasgow tahun 2021 yang menyetujui penghentian penggunaan batubara dan pembiayaan energi fosil. Tapi hasil akhirnya hanya dipenuhi kata “phasedown” atau penurunan dan bukan “phaseout” berhenti menggunakan.
Mengapa pertemuan-pertemuan ini seringkali gagal dalam dalam menciptakan kesepakatan tegas?
Ini paling sering disebabkan oleh kepentingan politik dan ekonomi negara besar. Negara-negara industri cenderung mendorong solusi sukarela, bukan berbasis tanggung jawab historis.
Siapa yang Menguasai Ruang?
Dalam banyak COP, ruang negosiasi seringali tidak seimbang:
Pada COP 28 tahun 2023 misalnya, lebih 2.400 lobbyist industri fosil hadir. Itu artinya lebih banyak dari total delegasi gabungan negara-negara rentan terhadap iklim.
Sementara perwakilan dari komunitas adat atau negara pulau kecil kadang hanya punya 1–2 orang untuk semua sidang paralel.
Yang menarik, host dari COP selalu berasal dari negara penghasil minyak atau negara Industri.
Jadi, kalau anda bertanya mengapa COP seperti jalan di tempat, mungkin jawabannya: karena kursinya diisi oleh mereka yang berkepentingan agar bisnis mereka tetap berjalan dan tidak ada kerugian dimasa mendatang.
Kompromi dalam Pendanaan
Salah satu isu utama yang juga seru dibahas dalam COP adalah pendanaan iklim.
Pada 2009, negara-negara maju menjanjikan dana 100 miliar dollar pertahun untuk negara berkembang. Lima belas tahun kemudian janji ini belum terpenuhi. Ada yang terpenuhi namun bukan dalam bentuk hibah sebagaimana yang dijanjikan, melainkan dalam bentuk pinjaman.
Dengan hompimpa negara-negara industry dan negara maju, COP saat ini lebih sering menjadi panggung simbolik, tempat banyak pidato dengan kata-kata indah plus menghibur tanpa implementasi.
COP seharusnya menjadi ruang harapan.
Tapi tanpa keadilan, transparansi, dan keberanian politik, ia hanya menjadi ruang kompromi kosong.
Kita butuh lebih dari konferensi. Kita butuh perubahan sistemik yang adil, kolektif, dan terdesak waktu.
Sampai jumpa di episode selanjutnya.
Leave a Reply