Kampanye Nol Sampah di Hari Lingkungan Hidup. Menyambut hari lingkungan hidup sedunia yang jatuh pada 5 Juni 2022 kemarin, Bidang Lingkungan Hidup Partai Gelora Indonesia meluncurkan kampanye nol sampah atau lebih dikenal dengan zerowaste sebagai upaya melawan perubahan iklim.
Kampanye Nol Sampah di Hari Lingkungan Hidup
Sejumlah peneliti menyusun parameter berapa banyak akumulasi total sumberdaya alam yang kita habiskan sampai tahun mendatang. Hari itu disebut dengan Hari Overshoot Bumi yang waktunya tidak sama dan belum tentu terjadi setiap tahunnya. Overshoot Bumi kali pertama terjadi pada 2018 dimana kita menghabiskan sumberdaya alam sebanyak 1,5 kali lebih banyak untuk memenuhi gaya hidup konsumerisme kita.
“Konsumerisme mendorong mesin produksi terus berputar. Mengkonsumsi lebih banyak energi dan melepaskan gas rumah kaca, meninggalkan jejak karbon untuk dikirim ke berbagai belahan bumi,” Rully Syumanda, Kabid Lingkungan Hidup DPN Partai Gelora membuka diskusi.
“Diskursusnya bukan lagi pada material apa yang kita gunakan untuk memenuhi gaya hidup kita melainkan gaya konsumsi kitalah yang mendorong penambahan kapasitas produksi semakin rakus yang kemudian memicu perubahan iklim,” tambah Rully.
Mungkin anda tertarik ini : Klinik Autism Utama di Indonesia
Nol Pembuangan adalah upaya untuk menekan konsumerisme itu. Gaya hidup Nol Pembuangan akan menempatkan pembelian dan penggunaan barang sekali pakai sebagai opsi terakhir, jauh dibawah pembelian/penggunaan kembali barang bekas.
Hingga tahun 70an, mesin produksi memproduksi peralatan yang dapat diperbaiki. Mereka menyediakan aftersales atau bengkel perbaikan. Kini, produsen semakin menyadari bahwa mereka memerlukan kapital yang lebih banyak. Mereka butuh pertumbuhan yang luar biasa dengan menciptakan produk yang sulit ditiru dan diperbaiki, dan harus cepat rusak!. Semakin cepat anda merusaknya, akan semakin cepat anda membeli produk baru.
Margin keuntungan tidak perlu terlalu besar yang penting mereka akan bisa menjual berdasarkan kuantitas. Ini yang disebut kerusakan yang direncanakan. Harga barang akan sedemikian terjangkau. Jauh lebih murah dalam jangka panjang untuk membeli kembali dibanding membawanya ke toko reparasi. Baik terkait dengan biaya yang harus dikeluarkan maupun waktu menunggu selama peralatan itu diperbaiki. Tanpa kita sadari. Ini saatnya masalah yang muncul mulai benar-benar tidak terkendali.
Gaya hidup Nol Pembuangan bisa dikatakan gaya hidup seperti generasi tua. Kita betul-betul membeli apa yang kita butuhkan dan menjaga apa yang yang sudah kita miliki. Ini termasuk dengan pilihan pakaian, pembelian bahan makanan dan pembelian peralatan yang bisa diperbaiki.
Apakah ini cara hidup yang sempurna? Tidak, tentu saja tidak. Apakah itu sepenuhnya mewakili ekonomi berputar? Tidak, tentu saja tidak.
Mencoba untuk hidup berkelanjutan tidak seperti menerapkan ilmu tentang roket yang pelik. Gaya hidup Nol Sampah bisa dilakukan dengan bergembira. Temukan saja beberapa hal yang sesuai dengan jadwal dan rutinitas belanja kita dan mulailah. Pertimbangkan hal sederhana seperti apakah saya membutuhkan barang ini? atau apakah barang ini akan awet dan tahan lama?
Langkah selanjutnya adalah dengan memberikan dorongan pada bisnis lokal. Ada banyak cara untuk ini. Anda bisa meminta pedagang nasi goreng untuk megganti styrofoam dengan besek bambu atau meminta pedagang kopi lokal untuk mengenakan biaya atas gelas sekali pakai yang digunakan atau memberikan apresiasi pada tumbler yang dibawa pelanggan. Kita menerapkan Nol Sampah sekalgus mendorong mereka untuk menerapkan ekonomi berputar dengan cara yang sederhana.
Hal yang harus digarisbawahi, seluruh tindakan yang mereka lakukan bukan didasari atas tekanan. Mereka/pedagang harus melakukannya dengan cara yang bergembira dan membanggakan karena sudah ikut terlibat dalam melawan perubahan iklim.
Anda juga bisa meminta toko kelontong untuk memberikan potongan yang cukup berarti apabila pelanggan membawa kantong plastik sendiri. Tempelkan sticker di depan toko kelontong anda tentang hal ini dan ajak mereka berbangga telah menjadi bagian dari sebuah perubahan besar bagi anak cucu kita. Itu amal yang tidak akan pernah putus.
Kita punya kekuatan sebagai konsumen untuk melakukan Kampanye Nol Sampah. Kita hidup dalam sistem yang cacat. Sistem dimana barang dan peralatan didesign untuk cepat rusak. Dan sistem ini menantang norma-norma alam. Pada akhirnya sistem ini akan akan menantang munculnya ide-ide baru dan inovasi.
“Gelora Indonesia akan terus membangun literasi dan aksi melawan perubahan iklim. Konsumerism adalah salah satu biang penyebabnya. Kita sebagai konsumen yang peduli dengan masa depan anak kita harus mampu menekan sampah yang terbuang. Nol Pembuangan. Dengan cara yang menggembirakan.”
“Selalu mudah untuk melakukan perubahan pada tingkat lokal. Tetapi pada ahirnya kita harus membawa ide-ide ini ke puncak pencemar yang beroperasi dan memiliki pabrik di Indonesia. Mendorong mereka menerapkan ekonomi berputar,” tambah Rully menutup diskusi.
Leave a Reply