Keadilan iklim dan tuntutan negara berkembang

Keadilan iklim dan tuntutan negara berkembang
Keadilan iklim dan tuntutan negara berkembang

Keadilan iklim dan tuntutan negara berkembang terus bergaung ditengah ketidakpastian penanganan krisis iklim. Mengapa dibutuhkan keadilan iklim, apa yang menjadi masalah sehingga negara berkembang menyatukan suaranya.

Selamat bertemu kembali dalam Cerita “Dunia Yang Berubah, Panas yang tidak Bisa Diabaikan”, cerita tentang krisis iklim dari sudut keadilan dan realita.

Tema kita kali ini adalah Keadilan iklim dan tuntutan negara berkembang.

Mengapa Keadilan Iklim Diperlukan?

Perubahan iklim tidak terjadi di ruang hampa. Ia punya sejarah.

Dan dalam sejarah itu, negara-negara industri maju telah menikmati pertumbuhan ekonomi yang sedemikian pesat berkat bahan bakar fosil.

Mereka membangun kota-kota besar, pabrik, dan sistem transportasi yang mendunia — semua itu dengan membakar batubara, minyak, dan gas selama lebih dari 150 tahun.

Data dari Global Carbon Project menyebutkan bahwa negara-negara G20 menyumbang lebih dari 75% total emisi global hingga kini.

Sebaliknya, negara-negara berkembang—atau sering disebut Global South—menyumbang sangat sedikit, tapi mengalami dampak paling ekstrem.

Di sinilah keadilan iklim menjadi penting dimana yang paling bertanggung jawab haruslah yang paling berkontribusi untuk solusi.

Apa yang Dituntut Negara Berkembang?

Ada beberapa hal yang dituntut oleh negara=negara berkembang terkait keadilan iklim melalui COP atau Conference of Partie, yaitu

1. Pendanaan iklim yang adil dan mudah diakses

Mereka meminta negara-negara maju memenuhi janji $100 miliar per tahun untuk mitigasi dan adaptasi. Tapi seperti kita tahu, janji ini terus tertunda dan tidak transparan.

Banyak dana yang ditawarkan berupa pinjaman, bukan hibah. Ini justru menambah beban utang negara-negara yang sedang berjuang.

2. Transfer teknologi

Negara-negara berkembang menuntut teknologi bersih—seperti energi surya, penyimpanan energi, dan pertanian ramah iklim—dapat diakses tanpa lisensi mahal atau monopoli paten.

3. Loss and Damage (Kerugian dan Kerusakan)

Ini adalah tuntutan agar negara maju membayar kompensasi atas kerusakan permanen akibat perubahan iklim—misalnya tenggelamnya pulau-pulau kecil, atau kehilangan hasil panen secara total.

Meskipun Dana “Loss and Damage” akhirnya disetujui secara prinsip di COP27 Mesir, tapi sampai hari ini belum jelas siapa yang bayar, berapa besar, dan siapa yang atur.

Bagaimana dengan Indonesia?

Indonesia adalah negara berkembang yang berada di garis depan krisis iklim. Ada begitu banyak dampak perubahan iklim yang kita alami seperti banjir rob, kekeringan, kesulitan memprediksi waktu tanam dan panen, kesulitan nelayan akibat arus laut dan cuaca yang ekstrem.

Ketidak adilan itu muncul manakala kita juga diminta mengurangi emisi, sementara beban sejarah kita tidak sama dengan negara-negara maju yang lebih dahulu mengotori atsmosfer dengan emisi mereka.

Keadilan Iklim Bukan Sekadar Moralitas

Mengapa keadilan iklim bukan sekedar moralitas. Pada kenyataannya keadilan iklim bukan Cuma sekedar moral melainkan masalah kelangsungan hidup.

Tanpa dukungan dana dan teknologi dari negara maju, Indonesia akan sangat kesulitan untuk beralih ke energi terbarukan, melindungi warganya dari bencana iklim dan menjaga ketahanan pangan dan air

Padahal lagi, mengacu pada studi UNDP, biaya transisi energi hanya memakan 4-5% PDB Global jika dibagi rata dan adil. Jauh lebih sedikit bila dibandingkan ancaman kehilangan PDB negara berkembang hingga 20% dalam beberapa decade mendatang.

Jadi, pokok persoalannya adalah bukan masalah bisa atau tidak bisa. Namun pada ketiadaan kemauan.

Apa yang Bisa Kita Dorong?

Sebagai warga negara kita bisa mendorong delegasi Indonesia untuk meminta negosiasi dalam COP dan Forum Iklim berlangsung secara transparan.

Kita juga harus meminta agar mekanisme Loss and Damage agar lebih jelas, adil, dan dikontrol oleh negara berkembang. Bukan oleh negara maju.

Krisis iklim bukan hanya tantangan lingkungan, tapi juga medan perjuangan keadilan global.

Kita harus membangun masa depan yang tidak hanya bebas karbon, tapi juga bebas dari ketimpangan struktural.

Keadilan iklim dan tuntutan negara berkembang harus terus disuarakan.

Sampai ketemu. Jangan lupa untuk membagikan ke teman-temanmu, karena Keadilan Iklim bukan slogan — tapi arah perjuangan kita bersama.