Kurangi Sampah Dengan Berbagi Makanan

Kurangi Sampah Dengan Berbagi Makanan (1)
Kurangi Sampah Dengan Berbagi Makanan (1)

Kurangi Sampah dilakukan oleh PAUD Mawar Sandi, Manggarai, Jakarta Selatan, “disulap” menjadi dapur. Barisan bangku kecil dipenuhi botol saus, kecap, minyak goreng, beras, serta sayur – mayur. Di lantai berderet puluhan kotak nasi yang masih kosong. Sudah sekitar empat jam Indri (54) berdiri di depan kompor, memasak puluhan porsi ikan goreng, ayam kecap, bihun goreng, dan sayur capcai.

Hari itu ada target memasak sekitar 100 porsi nasi kotak. Tugas membungkus dan menempatkan pada tiap dus nasi diserahkan kepada delapan rekan Indri yung lainnya.

baca juga Sampah Makanan Jakarta Tiap Tahun Setinggi 14 Kali Monas

Meski sudah bertahun – tahun berprofesi sebagai guru di berbagai pendidikan anak usia dini (PAUD) di Jakarta, siang itu Indri mengemban tanggung jawab sebagai sukarelawan Dapur Pangan Foodhank of Indonesia (FOI), Tugasnya mengolah bahan makanan hasil donasi menjadi menu buka puasa bagi 78 siswanya yang berasal dari keluarga prasejahtera, ditambah sejumlah lansia pemulung yang tinggal di sekitar.

“Dengan jadi sukarelawan FOI, saya bisa membantu teman-teman yang kurang beruntung meski gaji guru PAUD kecil, sekaligus meng kurangi sampah,” ujarnya tersenyum.

Dapur Pangan FOI Manggarai aktif beroperasi seminggu tiga kali, dari Kamis hingga Sabtu. Satu regu sukarelawan ini dipimpin Sri Utami Satri astuti, yang juga Kepala Sekolah PAUD Mawar Sandi. Tuti, panggilan akrab Sri Utami, menuturkan, aktivitas para guru PAUD Mawar Sandi sebagai sukarelawan Dapur Pangan FOI bermula sejak 2018. Setidaknya sepekan sekali FOI memberikan pasokan makanan dan minuman untuk diolah Dapur Pangan.

PAUD Mawar Sandi, kata Tuti, memang memberi perhatian khusus kepada anak – anak dari keluarga prasejahtera. “Kami ingin anak – anak sehat, cerdas, dan berkarakter baik. Ini hanya bisa kita capai kalau ada pemenuhan gizi yang mak simal,” ujarnya.

Ketika jam menunjukkan pukul 15.30, sebuah truk boks berwarna merah parkir di depan sekolah. Kotak nasi satu per satu dimasukkan ke tas plastik putih, lantas dibawa ke dalam truk. Di tas plastik tak hanya kotak nasi ikan goreng.

Tersedia pula roti hasil donasi toko roti ternama yang selalu ada gerainya di pusat perbelanjaan. Melalui Whatsapp, orangtua siswa diberi kabar. Tak lama, para balita tiba diantar orang tua. Banyak yang berjalan kaki, ada yang naik sepeda motor, tapi ada pula yang datang dengan gerobak pemulung. Dea ( 5 ), bocah perempuan kecil berponi, datang didampingi kakak laki – laki, Dias ( 7 ), dan ibunya, Yanti ( 32 ). Dua bocah kecil itu duduk di gerobak yang ditarik ibu mereka.

baca juga Sampah Makanan Selama Ramadhan

Dea antre di depan truk. Dia berdiri di belakang balok kayu yang menjadi batas antrean. Begitu ia menerima tas dari Indri, tas itu langsung diberi kan kepada ibunya dan langsung diletakkan di gerobak.

Bagi Yanti, bantuan itu dapat memenuhi kebutuhan gizi Dea dan Dias. Bantuan datang pada saat yang tepat karena penghasilannya beberapa hari. terakhir sangat sedikit. Biasanya Yanti dan suami nya mengantongi uang hasil memulung masing – masing Rp 70.000. Namun, sehari sebelum mendapat bantuan dari Dapur Pangan FOI, Yanti tidak pergi memulung sama sekali. ” Kemarinkan, banyak trantib tuh jadi ya enggak ada (penghasilan). Boro – boro, mau ke luar rumah saja sudah dihadang trantib duluan. Jadi kemarin saya enggak cari, ” tutur Yanti sedikit terkekeh.

Suka Menyumbang Dan Kurangi Sampah

Dapur Pangan tak lain salah satu program FOI, lembaga nonprofit bank makanan yang didirikan salah satunya oleh Hendro Utomo pada 2015.

Hendro mengatakan, masyarakat Indonesia secara tradisional suka menyumbangkan makanan. ” Misal, kalau kita masak, ada tetangga yang mencium bau masakan ya harus dikasih juga,” ucapnya.

Menurut laporan FOI per 28 April 2022, selama 2017-2021 FOI telah menyalurkan 4.634 ton makanan dan bahan makanan kepada 348,133 anak, warga lansia, pekerja informal, dan korban bencana alam. Donor FOI berasal dari berbagai industri. Ada pasar swalayan, perusahaan makanan kemasan, dan toko roti.

Salah satunya adalah Superindo yang telah menjadi mitra FOI sejak 2018 dengan mendonasikan makanan yang sudah tidak layak jual, tapi masih layak di konsumsi sebagai bahan masak di Dapur Pangan FOI. Selama 2018-2021, ada 558 ton makanan yang didonasikan.

Donatur FOI bukan hanya ritel besar seperti Superindo. Pedagang sayur di pasar juga turut serta. Para pedagang sayur di Pasar Tebet Timur, Jakarta, sejak April 2022 mulai menyumbangkan sayur yang tidak terjual kepada FOI. Salah satu pedagang yang menjadi donatur, Sutarmi ( 45 ), mengaku senang karena akhir nya ada yang memanfaatkan sayur sisa jualannya. ” Kami enggak minta imbalan karena memang biasanya dibuang. Kalau ada yang manfaatin, ya, alhamdulillah, ” katanya. Sayur – mayur dari Pasar Tebet Timur digunakan Indri, Tutik, dan sukarelawan Dapur Pangan di PAUD Mawar Sandi, Manggarai, untuk memberikan makan murid – murid mereka.

Ibarat tangan

Aktivitas penyelamatan makanan berlebih juga eksis di Surakarta, Jawa Tengah. Lembaga nonprofit lingkungan Gita Pertiwi bekerja sama dengan komunitas Carefood dan Komunitas Pangan Sehat Sura karta ( Konpasera ) menghubungkan produsen yang punya pangan berlebih dengan masyarakat yang membutuhkan. Anggota Carefood berperan layaknya tangan. Mereka men jemput, mengecek kualitas, dan membagikannya kembali. Sekretaris Carefood Widihan toro mengungkapkan, proses nya harus cepat agar makanan tidak rusak. ” SOP waktu ambil hingga distribusi adalah tiga jam, ” ujarnya.

Jika Carefood mendapatkan bahan makanan mentah, Kon pasera bertugas mengolahnya menjadi masakan yang siap di antarkan Carefood, ini cara mereka untuk kurangi sampah yang terbuang.. Sejauh ini produsen pangan yang bekerja sama dengan Gita Pertiwi ialah katering, hotel, dan restoran. Atiek Dewanto, pengusaha ka tering Dahar Eco, mengatakan, ia terbantu dengan adanya ini siatif Carefood dan Gita Pertiwi mengatasi makanan berlebih. “

Kalau ada makanan berlebih, saya langsung telepon Gita Pertiwi, ” katanya. Hanya saja, menurut Atiek, dari sekitar 250 katering di Surakarta, baru tujuh yang ikut program penyelamatan makanan.

Kegiatan ini, menurut Ketua Gita Pertiwi Titik Sasanti, di awali keinginan meningkatkan ketahanan pangan masyarakat Kota Surakarta. Melalui riset Gita Pertiwi pada 2019, ditemukan fakta, di tengah masih adanya yang membutuhkan makanan, sebaliknya restoran dan hotel kerap membu ang – buang makanan. “

Di hotel ada sekitar 12 per sen makanan yang disajikan berpotensi jadi sampah pangan. Di katering sekitar 10 persen dan rumah makan 9 persen, ” ujar Titik.

Karena itu, menurut Titik, saat ini masyarakat harus mulai sadar akan porsi makanan yang akan dibeli ataupun di masak setiap hari. ” Jangan rusak lingkungan dari piring kita, ” ujar Titik. Derngan cara itu kita kurangi sampah.