Barter Baju Memilih Bumi | Trend mode pakaian yang berganti dengan cepat memicu peningkatan konsumsi pakaian. Setiap musim berganti, konsumen pun ingin mengganti koleksi pakaiannya. Akibatnya, banyak pakaian yang tidak terpakai.
Hasil Penelitian YouGov pada 2017 mengungkapkan banyaknya sampah pakaian di Indonesia. Penelitian yang melibatkan 7.349 responden di Indonesia menyebutkan, sebanyak 29 persen responden menyingkirkan satu pakaian yang hanya digunakan satu kali dalam setahun. Lalu, sebanyak 15 persen responden membuang sebanyak tiga pakaian yang hanya dipakai sekali.
Penelitian itu juga menyebutkan setiap generasi memiliki cara yang berbeda dalam membuang pakaian tak terpakai. Biasanya yang paling banyak dilakukan terhadap pakaian bekas adalah didonasikan (66 persen responden) atau diberikan kepada teman atau keluarga (50 persen responden). Na-mun, kaum milenial memiliki cara lain, yaitu dijual secara daring (14 persen).
Untuk menyelamatkan lingkungan dari tumpukan sampah pakaian, National Geographic menggelar acara barter.in padaJumat (3/6/2022) di Bentara Budaya Jakarta. Rak-rak baju dikelompokkan berdasarkan jenisnya, seperti baju atasan, rok,jumpsuit, kemeja, dan celana denim. Semua baju yang dipajang masih terlihat bagus dan layak pakai.
Setiap pengunjung bisa menukarkan maksimal tiga pakaian yang dibawa untuk diserahkan kepada panitia. Pakaian itu ditukar dengan token berupa guntingan kardus bekas. Lalu, pengunjung bebas memilih pakaian yang diinginkan di ruang pamer.
Syarat utama baju yang bisa ditukarkan adalah baju tidak kotor, tidak berlubang dan layak dipakai untuk sehari-hari atau dikenakan untuk ke kantor. Panitia tidak membolehkan ada kaus yang ditukar karena dikhawatirkan belel atau molor.
Bila ingin menukarkan lebih dari tiga pakaian, harus mengantre lagi. Jumlah baju yang ditukar harus sama dengan yang diambil untuk menjaga jumlah ketersediaan pakaian. Untuk itu, panitia pun sibuk me-milah baju layak pakai untuk disemprot disinfektan sebelum digantung di rak ruang pamer. Beberapa pengunjung pun terlihat menunggu koleksi pakaian yang dikeluarkan.
Sebagian besar pengunjung yang datang adalah perempuan meski ada beberapa pakaian pria yang digantung di sebuah rak disudut ruangan. Salah satu pengunjung, Maulina Ruth (26), antusias memilih baju-baju yang digantung di rak. Dia menemukan tiga pakaian yang semuanya berwarna pink. Setelah mendapat baju yang diinginkan, tak lupa Ruth berfoto dengan latar belakang ornamen kardus-kardus bekas bertuliskan #sayapilihbumi.
”Keren nih acaranya, kita bisa menyelamatkan bumi, mengurangi limbah pakaian. Kayaknya, kan, enggak efisien dan enggak efektif, ya, kalau hanya bisa produksi terus. Kalau ditukar, kan, lebih enak, mudah dan murah,” kata Ruth, yang datang dari kawasan Jakarta Selatan. Munculah Barter Baju Memilih Bumi.
Sebelumnya Ruth pernah mengikuti acara yang sama yang diadakan di sebuah lembaga. Waktu itu dia menyesal membawa lima baju, tetapi hanya bisa ditukar tiga, sedangkan dua baju lainnya ditolak karena tidak layak. ”Sekarang aku bawa enam baju, tadi udah tukar tiga. Aku tunggu dulu nih, ada yang baru lagi enggak soalnya aku selalu bawa baju yang bagus-bagus,” katanya sambil tertawa.
Untuk tidak berlaku boros, Ruth membatasi jumlah pakaian yang ada di lemarinya. ”Saya cukup punya 20 kaus oblong, 30 kemeja dan bawahan yang tidak terlalu banyak karena bisa mix and match. Agak sulit juga sih, apalagi kalau sering scroll media sosial terus ada baju lagi tren, duh,
rasanya langsung pengin beli,” katanya .
Pengunjung lain, Alika (23) dan Dewi (24), karyawan di lingkungan Kompas Gramedia, juga antusias menukar baju yang ia bawa dengan baju yang tersedia di acara itu. Alika membawa tiga atasan untuk ditukar blus yang lain. Ia mengaku senang dengan adanya acara tersebut. ”Bisa menukar baju aku yang sudah bosan dengan baju lain yang aku suka, he-he-he…,” tutur gadis berhijab itu.
Ia sudah biasa memilah baju dari lemari bajunya dengan cara secara rutin mendonasikan baju yang sudah tak ia sukai kepanti asuhan, tanpa harus menunggu baju-bajunya rusak. Akan tetapi, cara barter baru sekali ini ia ikuti. ”Kadang bingung mau menyumbang baju ke siapa lagi, tetapi dengan barter, enaknya kita bisa dapat baju lagi,” k a t a ny a .
Dewi, kawan sekantor Alika, bahkan ingin barter.in diadakan lagi sebab menjadi cara menguntungkan bagi anak muda seperti dirinya untuk bisa ganti baju tanpaharus membeli. ”Ayo dong bikin lagi, tapi jangan satu hari biar makin banyak yang ikut sehingga pilihan baju yang tersedia makin banyak,” kata Dewi.
Barter Baju Memilih Bumi Menjadi baru
Pada kesempatan kemarin, panitia juga mendatangkan penjahit bernama Andriyanto yang bekerja sama dengan Control New, usaha pembuatan baju, tas, topi dari kain bekas pakai milik Afif Mustapha (27).
Afif sejak empat tahun lalu merintis pembuatan aneka busana dan aksesori dari kain bekas berupa jins dan jenis kain lainnya menjadi busana dengan sentuhan baru.
Barang kreasinya itu pada awalnya ia pamerkan di Instagram yang ternyata membuat anak muda menyukainya lalu me-mesan. Sejak itu, alumnus Program Studi Seni Rupa Murni Fakultas Budaya Universitas Brawijaya, Malang, itu membuat aneka kreasi busana, tas, topi, dan lainnya dari aneka baju bekas.
Kemarin, Andriyanto tampak melayani beberapa pengunjung barter.in yang memperbaiki baju hasil pertukaran. Ada yang perlu memotong ujung celana pendek yang mereka pilih. Dan, memermak bagian lengan baju. Panitia menggratiskan ongkos aneka permak tersebut.
Head of Community and Campaign National Geographic Indonesia Diky Wahyudi Lubis mengatakan, acara barter.in ingin mengajak lebih banyak orang untuk memiliki budaya baru, yaitu bertukar baju sekaligus mengurangi konsumerisme baju baru. ”Kalau thrifthing, kan, udah banyak ya, jadi kenapa enggak kita bikin cara barteran aja sehingga bisa memperpanjang usia benda yang kita punya,” kata Diky.
Kegiatan tukar baju ini merupakan salah satu program Saya Pilih Bumi. ”Kami ingin mengajak masyarakat untuk mengurangi limbah tekstil. Membeli pakaian baru mungkin saat Lebaran, kalau enggak, ya, pakai aja yang ada dulu. Misalnya, kita bisa mix and match atasan dan bawahan yang kita punya dan pakai sampai habis usianya. Kalau baju udah sempit, ya, bisa dikasihkan ke orang lain,” ujarnya.
Selama satu hari, acara barter.in di- kunjungi 110 orang dengan jumlah baju yang berhasil ditukar 180 baju. Selain itu, ada pula 15 baju yang ditolak dan akan didonasikan atau di-repair oleh Control New yang menjadi partner gerakan Saya Pilih Bumi.
Sebelum acara, Diky bersama timnya mengumpulkan baju-baju layak pakai yang bisa ditukarkan dalam acara itu. Menurut Diky, ide awal dari program tukar baju ini datang dari beberapa teman di Kompas Gramedia Group. ”Kami mengobrol tentang karyawan KKG yang semakin banyak, kayaknya lucu juga kalau ada tukar menukar baju, sekaligus bisa menjadi gerakan penyelamatan lingkungan. Sayangnya, waktu itu terhalang pandemi dan baru bisa dilaksanakan sekarang,” ungkap Diky
Leave a Reply