Melawan Perubahan Iklim

melawan perubahan
melawan perubahan

Melawan perubahan iklim memiliki ancaman terbesar, yakni pemikiran: biar orang lain yang melakukannya. Meskipun, seluruh pemerintah di dunia berupaya memerangi perubahan iklim melalui COP atau pertemuan para pihak 197 negara, seringkali pertemuan ini tidak menghasilkan apapun terkait dengan ego yang muncul dari masing-masing negara.

Sebelumnya mari kita bahas faktor apa yang akan kita tuju dalam melakukan advokasi perubahan.

Ada tiga faktor yang menjadi target perubahan.

  1. Isi dari Peraturan. Ini berkaitan dengan UU, Keppres, Kepmen, Perda dst. Apakah perlu kita melakukan perubahan UU dan sejenisnya terkait dengan apa yang ingin kita capai dsb. Target advokasi yang dilakukan adaah agar pemerintah melakukan perubahan atau revisi atau membuat peraturan perundangan yang baru.
  2. Pelaksana dari peraturan. Ini berkaitan dengan pihak-pihak yang bertanggung jawab untuk melaksanakan peraturan tersebut. Misalnya, Presiden atau Menteri yang dalam pelaksanaan kebijakannya apakah sudah sesuai atau belum dengan peraturan yang berlaku. Lalu ada Polisi, Pengacara, Jaksa dan Hakim yang juga menjadi pelaksana dari peraturan perundangan. Target advokasi yang dilakukan adaah untuk memastikan para pelaksana dari peraturan perundangan sudah memahami tugas dan fungsinya.
  3. Budaya. Budaya atau kebiasaan seringkali tidak berkaitan dengan peraturan perundangan. Meskipun ada hal-hal yang juga berkaitan antara budaya dengan peraturan yang berlaku. Misalnya bila ada Permen yang mengatur tentang Larangan Pengambilan Air Tanah akan sulit diterapkan pada masyarakat yang memiliki budaya untuk membuat sumur untuk memenuhi kebutuhan hariannya. Target advokasi yang dilakukan adalah merubah budaya pada sebuah masyarakat.

Melawan Perubahan Iklim

Melawan perubahan iklim bisa dilakukan dengan berbagai cara. Gunakan kapasitas yang anda miliki untuk melakukan perubahan. Untuk melawan perubahan iklim bisa dilakukan dengan merubah peraturan perundangannya, tatalaksananya ataupun budaya manusianya.

1. Bijak Dalam Menggunakan Kendaraan

Menggunakan kendaraan umum adalah pilihan terbaik kedua bila anda tidak suka berpanas-panasan ketika menggunakan pilihan terbaik pertama, sepeda. Namun kita tentu tahu infrastruktu transportasi umum di Indonesia belumlah bagus dan sempurna. Bagi kita yang memiliki waktu yang singkat, kendaraan umum bukan menjadi pilihan.

Hal yang bisa anda lakukan apabila menggunakan kendaraan sendiri adalah memastikan bahwa gas buang kendaraan anda bisa diterima. Selalu servis mobil anda agar gas buang yang dihasilkannya masih dibawah ketentuan yang bisa diterima.

Dr. Debra Roberts, salah satu ketua IPCC mengatakan, “Kita bisa memilih cara kita bepergian di dalam kota dan jika kita tak punya akses ke angkutan umum, pastikan bahwa Anda memberi suara pada politisi yang menjanjikan untuk membangun angkutan umum.”

2. Menekan Budaya Konsumerisme

Konsumerisme menjadi salah satu akar masalah dalam perubahan iklim. Selalu gunakan pendekatan Kebutuhan atau Keinginan sebelum memutuskan hendak membeli sebuah barang. Seluruh barang yang tersedia dipasaran diproduksi menggunakan energi fossil dan bahan bakunya seringkali berasal dari perkebunan hasil pembukaan hutan. Bila anda masuk ke supermarket, ingatlah bahwa 7 dari 10 barang yang ada disitu menggunakan sawit sebagai bahan bakunya.

Seluruh barang tersebut diproses menggunakan fossil fuel, lalu di kirim ke supermarket yang juga menggunakan fossil fuel dan dibungkus dengan plastik yang juga berasal dari fossil fuel. Jejak karbon dari sebuah barang membentang dari hulu ke hilir dan menjadi jejak karbon yang kita miliki.

3. Selalu menerapkan 5 R

5 R adalah singkatan dari Reduce, Reuse, Recycle, Replace dan Replant.

Reduce artinya mengurangi pemakaian suatu barang atau pola perilaku manusia yang dapat mengurangi produksi sampah, serta tidak melakukan pola konsumsi yang berlebihan. Contohnya adalah mengurangi penggunaan barang yang tidak bisa didaur ulang seperti plastik dll

Reuse artinya menggunakan kembali. Kegiatan menggunakan kembali material atau bahan yang masih layak pakai. Contohnya adalah menggunakan kembali botol bekas yang masih layak untuk menanam tanaman, dll

Recycle artinya mendaur ulang mengolah materi barang untuk dapat digunakan lebih lanjut. Contohnya adalah memanfaatkan dan mengolah sampah organik untuk dijadikan pupuk kompos, memanfaatkan barang bekas untuk dibuat kerajinan, dll.

Replace artinya penggantian. Dipahami sebagai upaya untuk mengganti suatu barang dengan barang alternatif yang sifatnya lebih ramah lingkungan dan dapat digunakan kembali. REPLANT ( penanaman kembali )

Replant adalah kegiatan penanaman kembali, sering juga disebut reboisasi. Contohnya adalah melakukan kegiatan reboisasi hutan, mangrove, menanam pohon keras dihalaman rumah dsb.

4. Menghemat Energi

Bukan cuma sekedar energi bersih, bamun yang juga menjadi hal yang utama adalah bagaimana kita menggunakan sedikit energi. Mulailah dengan mencari peralatan elektronik atau kendaraan yang menjanjikan penggunaan konsumsi energi yang lebih sedikit.

hal lain yang bisa dilakukan dirumah adalah juga dengan menghidupkan lampu rumah lebih lambat saat memasuki maghrib dan mematikannya lebih cepat saat subuh. Dengan cara ini anda akan menghemat energi dan tentu saja dengan biaya yag harus anda keluarkan.

Anda juga bisa mencabut kabel peralatan listrik Anda ketika tidak digunakan. Anda juga bisa memilih untuk mengadopsi sumber energi terbarukan untuk kebutuhan Anda, misalnya pemanas air tenaga matahari.

Perubahan-perubahan ini tampaknya kecil, tetapi merupakan cara ampuh untuk menghemat energi.

5. Menjadi Locavore

Sebetulnya, cara ampuh memerangi perubahan iklim dalam hal kosumsi makanan adalah dengan menajdi vegan. Anda tidak makan produk daging dan turunannya. Hal ini dikarenakan daging merah yang kita konsumsi menjadi penyumbang terbesar gas rumah kaca yang menyebabkan pemanasan global, Liha artikelnya disini.

Namun tentu saja tidak mudah menjadi vegan karena sejumlah alasan. Hal yang paling mudah adalah menjadi locavore. Locavore adalah gerakan untuk mulai mengkonsumsi makanan lokal atau makanan yang dibuat dengan menggunakan bahan baku lokal.

Gerakan ini muncul seringkali didasari untuk mendorong bangkitnya produk pangan lokal dan mengurangi jejak karbon. Itu sebabnya, locavore biasanya diasosiasikan dengan seseorang yang berkomitment untuk makan dari bahan baku yang ditanam atau diproduksi oleh masyarakat lokal.

Bagi anda penggemar Indomie, locavore sepertinya amat sulit mengingat bahan baku mie yang anda konsumsi tersebut adalah gandum yang tidak ada di Indonesia.

6. Beritahu Orang Lain

Sebarkan pengetahuan tentang perubahan iklim dan ajak mereka untuk peduli terhadap issue perubahan iklim. Bergabunglah bersama-sama untuk membangun komunitas hidup yang berkelanjutan.

Bangun “jaringan berbagi” yang bisa membantu mengumpulkan sumber daya seperti alat pemotong rumput, alat berkebun dan capailah standar gaya hidup yang lebih ramah lingkungan.

“Semua ini jika dipraktekkan setiap hari oleh milyaran orang akan mampu memunculkan pembangunan berkelanjutan tanpa berpengaruh terhadap kesejahteraan,” kata Aromar Revi.

Nah itu adalah sejumlah saran yang bisa kita lakukan bila ingin melawan perubahan iklim. Ini baru sebagian yang melintas dikepala kami di RumahBiru. Kami akan menambahkannya dimasa mendatang..