Dampak global warming bagi Indonesia

Dampak global warming bagi Indonesia
Dampak global warming bagi Indonesia

Dampak Global warming bagi Indonesia menimbulkan banyak akibat. Peningkatan suhu ini disebabkan oleh bertambahnya kadar gas rumah kaca yakni karbon dioksida (CO2), nitrogen dioksida (N2O), metana (CH4), dan freon (SF6, HFC dan PFC).

Gas-gas ini memang secara alamiah dihasilkan oleh aktivitas makhluk hidup sehari-hari. Namun gas-gas ini meningkat secara drastis karena semakin majunya industri.

Kondisi ini tentu berdampak pada kehidupan di bumi. Apa saja dampak pemanasan global?

Mencairnya Lapisan Es di Kutub Utara dan Selatan

Meningkatnya suhu menyebabkan lapisan es di kutub meleleh. Para ilmuwan di Inggris menyatakan bahwa sebanyak 28 triliun ton lapisan es di bumi telah hilang dalam 30 tahun terakhir.

Jika ini terus terjadi maka permukaan air laut akan naik secara global. Masyarakat yang hidup di pesisir terancam oleh banjir rob, sedangkan pulau-pulau kecil bisa tenggelam.

Kekeringan

Naiknya suhu menyebabkan peningkatan penguapan air. Penguapan skala besar inilah yang menjadi penyebab utama kekeringan di banyak tempat.

Akibat penguapan, banyak sumber mata air yang kering. Kekeringan juga menyebabkan meningkatnya kebakaran hutan.

Rusaknya Terumbu Karang

Dampak global warming bagi Indonesia juga akan membuat suhu air laut meningkat. Ini membuat terumbu karang mengalami pemutihan dan lama-lama menjadi rusak. Rusaknya terumbu karang akan membuat ekosistem laut menjadi tidak seimbang.

Punahnya Berbagai Jenis Flora dan Fauna

Lingkungan yang berubah akibat pemanasan global tentu memengaruhi eksistensi hewan dan tumbuhan. Fauna yang hidup di kutub seperti penguin dan beruang kutub terancam kehilangan habitatnya.

Kenaikan suhu global juga menyebabkan terganggunya siklus air dan kelembaban udara yang berdampak pada pertumbuhan tanaman. Menurut sebuah penelitian dari Universitas Arizona, satu dari tiga spesies tumbuhan dan hewan akan punah pada 2070.

Menimbulkan Kelaparan

Global warming bagi Indonesia menyebabkan musim sulit diprediksi. Akibatnya musim tanam menjadi tidak menentu. Ini tentu berdampak pada produksi pangan penduduk.

Melansir dari situs Balai Penelitian Lingkungan Pertanian, Indonesia dihantam anomali iklim berupa el nino parah pada 1998. Saat itu Sumatera bagian selatan, Kalimantan, Jawa, dan Indonesia timur mengalami kekeringan di luar musim kemarau.

Kekeringan tersebut menyebabkan penurunan produksi dan kegagalan panen tanaman pangan seperti padi dan palawija, serta krisis air bersih.